A. Definisi
Istilah Osteoporosis sudah dikenal sejak jaman Yunani
kuno, Osteoporosis berasal dari kata ”Osteo” berarti tulang dan
”Porosis” berarti lubang. Secara keseluruhan Osteoporosis berarti tulang
yang berlubang atau keropos (Wirakusumah, 2007: 5)
Osteoporosis
termasuk penyakit gangguan metabolisme dimana tubuh tidak mampu menyerap
dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal,
seperti zat kapur (kalsium), fosfat, dan bahan-bahan lain (Yatim,
2003:1)
Osteoporosis adalah penurunan masa tulang seiring peningkatan
umur yang dihubungkan dengan peningkatan kerentanan fraktur (Bobak,
2005: 1017).
Bila wanita mengalami menopause yaitu suatu fase dimana
wanita sudah tidak bisa haid lagi, maka hormon estrogen sama sekali
tidak bisa dihasilkan. Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya hormon
yang melindungi tulang, sehingga tulang mudah patah.
Hilmy dalam
Hilmansyah (2007: 1) mengatakan bahwa osteoporosis tak hanya disebabkan
terhentinya menstruasi (menopausal steoporisis), tapi juga karena lanjut
usia (osteoporosis senilis). Di Amerika Serikat, penderita penyakit ini
mencapai 28,7 juta orang, terdiri dari wanita dan pria berumur di atas
50 tahun. Saat ini, wanita berusia 50 tahun beresiko 40 persen menderita
patah tulang karena osteoporosis.
Hilmy menambahkan, kadar
kehilangan tulang (bone loss) paling cepat terjadi pada tahun pertama
sete;ah menopause dan semakin dipercepat oleh usia lanjut. Kehilangan
tulang pascamenopause berakibat ketebalan tulang yang rendah (low bone
density) yang merupakan determinan penting terjadinya patah tulang. Yang
mengkhawatirkan, berdasarkan literatur, patah tulang panggul penyebab
kematian yang cukup besar, yaitu sekitar 10-12 persen hingga 15-20
persen pada tahun pertama setelah mengalami patah tulang.
B. Klasifikasi
Setidaknya ada 3 klasifikasi osteoporosis :
a)
Osteoporosis post menopausal, terjadi karena kekurangan estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
ke dalam tulang pada wanita. Osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan
resolpsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi
estrogen dimasa menopause. Biasanya gejala timbul pada wanita yang
berusia diantara 51 – 75 tahun, tetapi bisa mulai mucul lebih cepat
ataupun lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah
timur lebih mudah menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.
b)
Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara
kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis
berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis dan
postmenopausal.
c) Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5%
penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau
oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan
adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat,
anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
C. Gejala Osteoporosis
Mengungkap
gejala terjadinya Osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab
penyakit Osteoporsis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya masa tulang
dan tulang menjadi rapuh setelah timbul dampak seperti tinggi badan
berkurang, tiba-tiba terjadi rasa nyeri pada tulang, sakit punggung,
sakit pinggang yang parah, atau kelainan bentuk tulang belakang yang
menyebabkan postur tubuh membungkuk (kyposis) (Wirakusumah, 2007:18).
Diagnosa
penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan adanya patah tulang pada
tulang punggung, pinggul dan pergelangan tangan atau pada tulang lainnya
pada pria dan wanita yang lebih tua (Lane dalam Eri, 2003: 32).
Untuk
menghindari osteoporosis seseorang mesti mencapai puncak kepadatan
tulang (peak bone mess) yang bisa dicapai pada usia 25-30 tahun. Makin
tinggi puncak kepadatan tulang yang dapat dicapai, maka makin besar
perlindungan diri seseorang terhadap kemungkinan osteoporosis.
Ada
beberapa hal yang dapat membantu tercapainya puncak kepadatan tulang
yang tinggi, yaitu olah raga teratur, diet seimbang dan kaya kalsium
serta menghindari rokok, alkohol dan kafein. Olah raga penting untuk
kesehatan tulang. Latihan yang terbaik untuk tulang adalah menumpu berat
badan (weight bearing exercise), seperti jalan, joging, dansa dan naik
tangga. Yang harus diingat, aktivitas high impact lari dan loncat tidak
cocok untuk orang tua.
D. Yang Beresiko Terkena Osteoporosis
Yang beresiko terkena osteoporosis adalah (Wirakusumah, 2007: 15)
1 Status Gizi
Status
gizi mempengaruhi berat badan. Semakin kecil rangka tubuh maka semakin
besar resiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang
memiliki tubuh kurus cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi
terkena osteoporosis daripada yang mempunyai berat badan yang lebih
besar.
2 Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi
akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber
kalsium, Fosfor, dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini
dapat membantu memperkuat masa tulang, mencegah pengaruh negatif dari
berkurangnya keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan masa
kalsium pada tahun-tahun selanjutnya.
3 Aktivitas (olah raga)
Semakin
rendah aktivitas fisik semakin besar terkena resiko osteoporosis hal
ini terjadi karena aktivitas fisik (olah raga) dapat membangun tulang
dan otot menjadi lebih kuat juga meningkatkan keseimbangan metabolisme
tubuh.
4 Faktor Genetik
Faktor genetika memiliki kontribusi
terhadap masa tulang yang dapat membuat rentan terhadap gejala
Osteoporosis. Penelitian terhadap pasangan kembar menunjukan bahwa masa
puncak tulang dibagian pinggul dan tulang punggung tergantung pada
faktor genetika, dan bahkan mungkin terdapat komponen genetika pada
tingkat berkurangnya masa tulang. Anak perempuan dari wanita yang
mengalami patah tulang Osteoporosis rata-rata memiliki masa tulang yang
lebih rendah dari normal usia mereka (kira-kira hingga 3%-7% lebih
rendah). Sejarah patah tulang Osteoporosis dalam keluarga sangat
bermanfaat dalam menentukan resiko sesorang mengalami patah tulang.
5 Merokok
Perokok
sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin didalamnya
mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga
membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang
sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan.
Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa
mengalami tersumbat aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah
tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin
jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6 Konsumsi Daging Merah dan Minuman Bersoda
Keduanya
baik daging merah maupun minuman bersoda, mengandung fosfor yang
merangsang pembentukan hormon parathyoid, penyebab pelepasan kalsium
dari dalam darah.
7 Minuman Berkafein dan Beralkohol
Minuman
berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang
keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan
Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Research
Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein
dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein
lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu kefein dan alkohol bersifat toksin yang
menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
8 Mengkonsumsi Obat
Obat
kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada
penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan resiko penyakit
osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi
massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain
itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit
osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis
ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.
9 Ras / Suku
Ras
juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan Asia
memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi
kalsium wanita Asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90%
intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita
kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang siginifikan meskipun
rendah.
E. Diagnosis Osteoporosis
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis osteoporosis yaitu: (Wirakusumah, 2007: 24)
1 Pemeriksaan Radiologi
Caranya
dengan menganalisis komponen-komponen yang berkorelasi cukup tepat
dengan adanya osteoporosis. Namun, hasil pengukuran ini masih sangat
lemah untuk mengdiagnosis adanya osteoporosis. Pada pemeriksaan
radiologi ini digunakan X-Ray kompensional sehingga osteoporosis baru
akan terlihat apabila masa tulang sudah berkurang hingga 30% atau lebih.
2 Pemeriksaan Radioisotop
Pemeriksaan ini menggunakan sinar
poton radionuklida yang dapat mendeteksi densitas tulang dan ketebalan
forteks tulang. Ada dua jenis pemeriksaan yaitu : single photon
absortiometri dan dual photon absortiometri.
3 Pemeriksaan Kuantitatif
Quanritative
computerized tamography (QCT) merupakan salah satu cara yang dipakai
untuk mengukur mineral tulang karena dapat menilai secara volumetrik
trabekulasi tulang radius, tibia, dan vertebra. Keuntungan QCT adalah
tidak dipengaruhi oleh korteks dan artepak kalsifikasi osteosit dan
kalsifikasi aorta, tidak diperhitungkan berat badan dengan tinggi badan.
Kerugiannya adalah paparan radiasinya yang jauh lebih tinggi
dibandingkan jenis pemeriksaan yang lain.
4 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Cara
ini dapat mengukur struktur trabekuler tulang dan kepadatannya. Alat
tersebut tidak menggunakan radiasi melainkan hanya dengan lapangan
magnet yang sangat kuat. Sayangnya pemeriksaan ini mahal dan membutuhkan
sarana yang banyak.
5 Quantitatif Ultra Sound (QUS)
Cara ini
menggunakan kecepatan gelombang suara ultra yang menembus tulang,
kemudian dinilai atenuasi kekuatan dan daya tembus melalui tulang yang
dinyatakan sebagai pita lebar ultrasonik (Ultra Sound Broad Band) dan
kekakuan (stiffness). Keuntungannya adalah mudah dibawa kemana-mana,
tetapi kerugiannya tidak dapat mengetahui letak osteoporosis secara
tepat.
6 Densitmeter (X-Ray absorptiometry)
Pesawat densitometer
x-ray absorptiometry menggunakan radiasi sinar-X yang sangat rendah ada
dua jenis X-Ray yaitu SXA (Singel X-Ray Absorptiometry) dan DEXA (Dual
Energy X-Ray Absorptiometry) yang juga disebut sebagai scan tulang.
Pengukuran dilakukan pada tulang yang mungkin mudah patah, seperti
tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan atau seluruh kerangka
tubuh.
Nilai masa tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut
kerapatan mineral tulang (BMD = bone mineral density). Pengukuran ini
tidak menimbulkan rasa sakit, mudah dilakukan hasil pemeriksaan
diperoleh dalam waktu singkat dan relatif aman. Walaupun menggunakan
sinar X tingkat radiasinya sangat kecil, seringkali lebih kecil dari
radiasi alamiah. Oleh karenanya pengukuran ini dapat dilakukan pada
anak-anak dan ibu hamil, serta dapat pula diulang bila diperlukan.
7 Tes Darah dan Urine
Sebenarnya
osteoporosis tidak dapat dideteksi oleh tes darah dan gen. Namun
demikian, kedua tes ini masih mungkin dilakukan untuk megetahui dan
melihat kondisi lain yang terkait dengan hilangnya masa tulang. Seperti
kelanjar Tyroid, yang terlalu aktif, penyakit hati, atau miolema (kanker
sunsum tulang).
F. Pengobatan Osteoporosis
Beberapa cara pengobatan osteoporosis sebagai berikut: (Wirakusumah, 2007: 26)
1. Terapi Medis
Sebelumnya
belum ada terapi yang khusus dapat mengembalikan efek dari
Osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya untuk menekan
atau memperlambat menurunnya masa tulang serta mengurangi rasa sakit.
Obat-obat yang digunakan untuk meredakan rasa sakit yaitu parasetamol,
codein, co-dydramol, co-codramol, co-proxamol.
2 Terapi Hormon
Terapi
hormon pada wanita dapat diberikan pada masa pre-menopause. Lamanya
pemberian terapi hormon tidak ditentukan, yang jelas ingin terhindar
dari Osteoporosis, terapi hormon dapat terus dilakukan. Sebagian dokter
menganjurkan untuk melakukan terapi hormon semenjak menopause pada
wanita yang mengalami Osteoporosis. Namun, sebagian jug berpendapat
bahwa penggunaan terapi hormon sebaiknya dihentikan setelah menggunakan
selama 5-10 tahun untuk menghindari kemungkinan kanker.
Jenis-jenis terapi hormon pada wanita: hormon replacement therapy (HRT), kalsitonin, testoteron.
3 Terapi Non Hormonal
Terapi
hormonal selama ini dianggap sebagai jalan yang paling baik untuk
mengobati Osteoporosis. Namun, karena banyaknya efek samping yang dapat
ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada semua pasien osteoporosis,
maka sekarang mulai dikembangkan terapi non hormonal, diantaranya :
bisfosfonat, etidronat, dan aledronat.
4 Terapi Alamiah
Terapi
alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati osteoporosis tanpa
menggunakan obat-obatan atau hormon. Terapi ini berhubungan dengan gaya
hidup dan pola konsumsi.
Daftar Pustaka:
Wirakusumah S. 2007. Mencegah Osteoporosiss. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yatim F. 2003. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang pada Manula). Jakarta: Pustaka Pelopor Obor.
Bobak,
dkk. 2005. Maternity Nursing Edisi IV, Keperawatan Maternitas. Alih
bahasa: Maria A. Wijayariny dan Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC.
Hilman Hilmansyah, 2007. Kenali Osteoporosis Sejak Dini dalam http://kliniknet.com/3 September
Lane.
2003. The Osteoporosis Book A Guide for Patient and Their Families,
Lebih Lengkap tentang: Osteoporosis Rapuh Tulang. Alih Bahasa oleh : Eri
D. Nasution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar