Kamis, 08 September 2011

OSTEOPOROSIS

A. Definisi
Istilah Osteoporosis sudah dikenal sejak jaman Yunani kuno, Osteoporosis berasal dari kata ”Osteo” berarti tulang dan ”Porosis” berarti lubang. Secara keseluruhan Osteoporosis berarti tulang yang berlubang atau keropos (Wirakusumah, 2007: 5)
Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme dimana tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal, seperti zat kapur (kalsium), fosfat, dan bahan-bahan lain (Yatim, 2003:1)
Osteoporosis adalah penurunan masa tulang seiring peningkatan umur yang dihubungkan dengan peningkatan kerentanan fraktur (Bobak, 2005: 1017).
Bila wanita mengalami menopause yaitu suatu fase dimana wanita sudah tidak bisa haid lagi, maka hormon estrogen sama sekali tidak bisa dihasilkan. Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya hormon yang melindungi tulang, sehingga tulang mudah patah.
Hilmy dalam Hilmansyah (2007: 1) mengatakan bahwa osteoporosis tak hanya disebabkan terhentinya menstruasi (menopausal steoporisis), tapi juga karena lanjut usia (osteoporosis senilis). Di Amerika Serikat, penderita penyakit ini mencapai 28,7 juta orang, terdiri dari wanita dan pria berumur di atas 50 tahun. Saat ini, wanita berusia 50 tahun beresiko 40 persen menderita patah tulang karena osteoporosis.
Hilmy menambahkan, kadar kehilangan tulang (bone loss) paling cepat terjadi pada tahun pertama sete;ah menopause dan semakin dipercepat oleh usia lanjut. Kehilangan tulang pascamenopause berakibat ketebalan tulang yang rendah (low bone density) yang merupakan determinan penting terjadinya patah tulang. Yang mengkhawatirkan, berdasarkan literatur, patah tulang panggul penyebab kematian yang cukup besar, yaitu sekitar 10-12 persen hingga 15-20 persen pada tahun pertama setelah mengalami patah tulang.

B. Klasifikasi
Setidaknya ada 3 klasifikasi osteoporosis :
a) Osteoporosis post menopausal, terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resolpsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi estrogen dimasa menopause. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51 – 75 tahun, tetapi bisa mulai mucul lebih cepat ataupun lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.
b) Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis dan postmenopausal.
c) Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.

C. Gejala Osteoporosis
Mengungkap gejala terjadinya Osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab penyakit Osteoporsis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya masa tulang dan tulang menjadi rapuh setelah timbul dampak seperti tinggi badan berkurang, tiba-tiba terjadi rasa nyeri pada tulang, sakit punggung, sakit pinggang yang parah, atau kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh membungkuk (kyposis) (Wirakusumah, 2007:18).
Diagnosa penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan adanya patah tulang pada tulang punggung, pinggul dan pergelangan tangan atau pada tulang lainnya pada pria dan wanita yang lebih tua (Lane dalam Eri, 2003: 32).
Untuk menghindari osteoporosis seseorang mesti mencapai puncak kepadatan tulang (peak bone mess) yang bisa dicapai pada usia 25-30 tahun. Makin tinggi puncak kepadatan tulang yang dapat dicapai, maka makin besar perlindungan diri seseorang terhadap kemungkinan osteoporosis.
Ada beberapa hal yang dapat membantu tercapainya puncak kepadatan tulang yang tinggi, yaitu olah raga teratur, diet seimbang dan kaya kalsium serta menghindari rokok, alkohol dan kafein. Olah raga penting untuk kesehatan tulang. Latihan yang terbaik untuk tulang adalah menumpu berat badan (weight bearing exercise), seperti jalan, joging, dansa dan naik tangga. Yang harus diingat, aktivitas high impact lari dan loncat tidak cocok untuk orang tua.

D. Yang Beresiko Terkena Osteoporosis
Yang beresiko terkena osteoporosis adalah (Wirakusumah, 2007: 15)
1 Status Gizi
Status gizi mempengaruhi berat badan. Semakin kecil rangka tubuh maka semakin besar resiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang memiliki tubuh kurus cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis daripada yang mempunyai berat badan yang lebih besar.
2 Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, Fosfor, dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat masa tulang, mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan masa kalsium pada tahun-tahun selanjutnya.
3 Aktivitas (olah raga)
Semakin rendah aktivitas fisik semakin besar terkena resiko osteoporosis hal ini terjadi karena aktivitas fisik (olah raga) dapat membangun tulang dan otot menjadi lebih kuat juga meningkatkan keseimbangan metabolisme tubuh.
4 Faktor Genetik
Faktor genetika memiliki kontribusi terhadap masa tulang yang dapat membuat rentan terhadap gejala Osteoporosis. Penelitian terhadap pasangan kembar menunjukan bahwa masa puncak tulang dibagian pinggul dan tulang punggung tergantung pada faktor genetika, dan bahkan mungkin terdapat komponen genetika pada tingkat berkurangnya masa tulang. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang Osteoporosis rata-rata memiliki masa tulang yang lebih rendah dari normal usia mereka (kira-kira hingga 3%-7% lebih rendah). Sejarah patah tulang Osteoporosis dalam keluarga sangat bermanfaat dalam menentukan resiko sesorang mengalami patah tulang.
5 Merokok
Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin didalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.
Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami tersumbat aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung maupun tidak langsung.
6 Konsumsi Daging Merah dan Minuman Bersoda
Keduanya baik daging merah maupun minuman bersoda, mengandung fosfor yang merangsang pembentukan hormon parathyoid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
7 Minuman Berkafein dan Beralkohol
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kefein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
8 Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan resiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.
9 Ras / Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan Asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita Asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang siginifikan meskipun rendah.

E. Diagnosis Osteoporosis
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis osteoporosis yaitu: (Wirakusumah, 2007: 24)
1 Pemeriksaan Radiologi
Caranya dengan menganalisis komponen-komponen yang berkorelasi cukup tepat dengan adanya osteoporosis. Namun, hasil pengukuran ini masih sangat lemah untuk mengdiagnosis adanya osteoporosis. Pada pemeriksaan radiologi ini digunakan X-Ray kompensional sehingga osteoporosis baru akan terlihat apabila masa tulang sudah berkurang hingga 30% atau lebih.
2 Pemeriksaan Radioisotop
Pemeriksaan ini menggunakan sinar poton radionuklida yang dapat mendeteksi densitas tulang dan ketebalan forteks tulang. Ada dua jenis pemeriksaan yaitu : single photon absortiometri dan dual photon absortiometri.
3 Pemeriksaan Kuantitatif
Quanritative computerized tamography (QCT) merupakan salah satu cara yang dipakai untuk mengukur mineral tulang karena dapat menilai secara volumetrik trabekulasi tulang radius, tibia, dan vertebra. Keuntungan QCT adalah tidak dipengaruhi oleh korteks dan artepak kalsifikasi osteosit dan kalsifikasi aorta, tidak diperhitungkan berat badan dengan tinggi badan. Kerugiannya adalah paparan radiasinya yang jauh lebih tinggi dibandingkan jenis pemeriksaan yang lain.
4 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Cara ini dapat mengukur struktur trabekuler tulang dan kepadatannya. Alat tersebut tidak menggunakan radiasi melainkan hanya dengan lapangan magnet yang sangat kuat. Sayangnya pemeriksaan ini mahal dan membutuhkan sarana yang banyak.
5 Quantitatif Ultra Sound (QUS)
Cara ini menggunakan kecepatan gelombang suara ultra yang menembus tulang, kemudian dinilai atenuasi kekuatan dan daya tembus melalui tulang yang dinyatakan sebagai pita lebar ultrasonik (Ultra Sound Broad Band) dan kekakuan (stiffness). Keuntungannya adalah mudah dibawa kemana-mana, tetapi kerugiannya tidak dapat mengetahui letak osteoporosis secara tepat.
6 Densitmeter (X-Ray absorptiometry)
Pesawat densitometer x-ray absorptiometry menggunakan radiasi sinar-X yang sangat rendah ada dua jenis X-Ray yaitu SXA (Singel X-Ray Absorptiometry) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptiometry) yang juga disebut sebagai scan tulang. Pengukuran dilakukan pada tulang yang mungkin mudah patah, seperti tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan atau seluruh kerangka tubuh.
Nilai masa tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang (BMD = bone mineral density). Pengukuran ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah dilakukan hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat dan relatif aman. Walaupun menggunakan sinar X tingkat radiasinya sangat kecil, seringkali lebih kecil dari radiasi alamiah. Oleh karenanya pengukuran ini dapat dilakukan pada anak-anak dan ibu hamil, serta dapat pula diulang bila diperlukan.
7 Tes Darah dan Urine
Sebenarnya osteoporosis tidak dapat dideteksi oleh tes darah dan gen. Namun demikian, kedua tes ini masih mungkin dilakukan untuk megetahui dan melihat kondisi lain yang terkait dengan hilangnya masa tulang. Seperti kelanjar Tyroid, yang terlalu aktif, penyakit hati, atau miolema (kanker sunsum tulang).

F. Pengobatan Osteoporosis
Beberapa cara pengobatan osteoporosis sebagai berikut: (Wirakusumah, 2007: 26)
1. Terapi Medis
Sebelumnya belum ada terapi yang khusus dapat mengembalikan efek dari Osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya untuk menekan atau memperlambat menurunnya masa tulang serta mengurangi rasa sakit. Obat-obat yang digunakan untuk meredakan rasa sakit yaitu parasetamol, codein, co-dydramol, co-codramol, co-proxamol.
2 Terapi Hormon
Terapi hormon pada wanita dapat diberikan pada masa pre-menopause. Lamanya pemberian terapi hormon tidak ditentukan, yang jelas ingin terhindar dari Osteoporosis, terapi hormon dapat terus dilakukan. Sebagian dokter menganjurkan untuk melakukan terapi hormon semenjak menopause pada wanita yang mengalami Osteoporosis. Namun, sebagian jug berpendapat bahwa penggunaan terapi hormon sebaiknya dihentikan setelah menggunakan selama 5-10 tahun untuk menghindari kemungkinan kanker.
Jenis-jenis terapi hormon pada wanita: hormon replacement therapy (HRT), kalsitonin, testoteron.
3 Terapi Non Hormonal
Terapi hormonal selama ini dianggap sebagai jalan yang paling baik untuk mengobati Osteoporosis. Namun, karena banyaknya efek samping yang dapat ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada semua pasien osteoporosis, maka sekarang mulai dikembangkan terapi non hormonal, diantaranya : bisfosfonat, etidronat, dan aledronat.
4 Terapi Alamiah
Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati osteoporosis tanpa menggunakan obat-obatan atau hormon. Terapi ini berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi.

Daftar Pustaka:
Wirakusumah S. 2007. Mencegah Osteoporosiss. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yatim F. 2003. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang pada Manula). Jakarta: Pustaka Pelopor Obor.
Bobak, dkk. 2005. Maternity Nursing Edisi IV, Keperawatan Maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayariny dan Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC.
Hilman Hilmansyah, 2007. Kenali Osteoporosis Sejak Dini dalam http://kliniknet.com/3 September
Lane. 2003. The Osteoporosis Book A Guide for Patient and Their Families, Lebih Lengkap tentang: Osteoporosis Rapuh Tulang. Alih Bahasa oleh : Eri D. Nasution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar