Kejang demam atau step (dari
bahasa Belanda, koortsstuipen) adalah kejang yang dipicu oleh
demam. Ini adalah kondisi yang cukup umum pada anak-anak. Sekitar 3-5%
anak-anak usia di bawah 6 tahun pernah mengalaminya. Paling sering, kejang
demam terjadi pada usia 18 bulan s.d. 3 tahun. Anak-anak di bawah 6 bulan dan
di atas 6 tahun jarang yang mengalaminya.
Gejala
kejang demam
Pada saat kejang dimulai, tubuh
anak Anda tiba-tiba kaku dan bola matanya berputar ke belakang. Tak lama
kemudian dia kehilangan kesadaran. Tubuh, tangan dan kaki kemudian mengejang
(kelojotan) dengan kepala terdongak. Kulit anak menjadi gelap, mungkin
kebiruan. Napasnya tidak beraturan. Kondisi ini biasanya tidak berlangsung
lama. Dalam beberapa detik sampai menit anak Anda akan berangsur-angsur kembali
mendapatkan kesadaran. Anak Anda mungkin akan terlihat mengantuk untuk beberapa
saat sebelum kembali normal. Meskipun hanya berlangsung beberapa menit,
serangan kejang mungkin terasa sangat lama bagi Anda yang menyaksikan. Kejang
pada anak-anak memang selalu merupakan pengalaman menakutkan.
Penyebab
Kejang demam terjadi karena
aktivitas listrik di otak terganggu oleh demam. Kejang demam dapat merupakan
tanda pertama penyakit. Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam
pertama penyakit dan tidak selalu saat demam tertinggi. Penyakit yang dapat
menyebabkan kejang demam adalah flu,
pilek,
infeksi
telinga dan infeksi
lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit
serius seperti pneumonia atau meningitis juga dapat menjadi penyebabnya.
Kecenderungan untuk mendapatkan kejang demam diwariskan dalam keluarga. Risiko
anak memiliki kejang demam adalah 10-20% bila salah satu orangtuanya pernah
mendapatkannya. Risiko meningkat menjadi sekitar 30% jika kedua orangtua dan
saudara kandung pernah mendapatkannya.
Penanganan
Bila anak Anda mengalami kejang
demam, lakukan beberapa hal berikut:
- Rebahkan anak Anda di lantai atau matras yang
beralas lembut. Jangan merebahkan anak di ranjang atau meja yang sempit
sehingga berisiko terjatuh. Anda dapat menaruh bantal di kepalanya.
- Jika anak mulai muntah atau mengumpulkan air
liur di mulutnya, pelan-pelan miringkan tubuhnya agar dia tidak tersedak.
- Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di
sekitar leher.
- Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat
melukai dia.
- Jangan menahan gerakan anak Anda selama
kejang.
- Jangan menaruh benda apa pun ke dalam
mulutnya. Dahulu orang biasa menempatkan batang kayu di mulut anak untuk
mencegahnya menggigit lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena
berisiko merusak gigi dan cedera mulut lain.
- Cobalah untuk tetap tenang. Kejang akan
berhenti sendiri dalam beberapa menit.
- Fokuskan perhatian Anda untuk menurunkan
demamnya:
- Bila tersedia, masukkan diazepam dalam
bentuk supositoria semi padat ke dalam anus anak Anda
untuk mempercepat penurunan demam.
- Kompres kepala dan tubuhnya dengan air
hangat (bukan air dingin). Air dingin atau alkohol justru akan
meningkatkan demam.
- Jangan mencoba untuk menurunkan demam anak
Anda dengan menempatkannya ke ruangan dingin. Anda dapat membuka jendela,
namun ruangan tidak boleh terlalu dingin.
- Setelah kejang berakhir dan anak Anda
terjaga, langkah yang paling penting adalah mengidentifikasi penyebab
demamnya. Hubungi dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan
saran perawatan lebih lanjut.
- Hubungi dokter segera bila kejang berlangsung
lebih dari 5 menit, terjadi lebih dari sekali di hari yang sama atau anak
Anda terlihat lemah atau sakit setelah kejang berakhir.
Akankah
kejang demam berulang?
Sebagian besar kejang demam
tidak berulang (hanya terjadi sekali seumur hidup anak). Namun, riset
menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak yang mengalami kejang demam mengalaminya untuk
kedua kali. Risiko kejang demam berulang meningkat jika anak Anda lebih muda
dari 18 bulan, jika ada riwayat keluarga kejang demam atau jika penyebabnya
demam yang tidak terlalu tinggi (38,5 derajat atau kurang).
Apakah
kejang dapat menyebabkan kerusakan otak?
Kejang demam tidak akan
menyebabkan kerusakan otak. Bahkan kejang yang berlangsung satu jam atau lebih
pun hampir tidak pernah menyebabkan kerusakan otak. Kejang juga tidak berarti
anak Anda memiliki epilepsi. Kejang epilepsi tidak disebabkan atau disertai
oleh demam. Namun, kemungkinan epilepsi berkembang pada anak yang telah
beberapa kali mengalami kejang demam memang sedikit lebih tinggi daripada yang
tidak pernah mengalaminya. Peluang epilepsi berkembang pada anak yang pernah
mengalami kejang demam adalah 2% sampai 4%