Minggu, 31 Maret 2013

Kutil : penyebab dan proses terjadinya kutil

Apa itu kutil?

  • Kutil adalah tonjolan kecil dan kasar pada kulit yang jinak (non-kanker) karena hiperplasi (bertambahnya jumlah sel baru) epidermis yang di sebabkan oleh tipe tertentu dari Virus Human Papiloma
  • Kutil di sebut juga common wart atau veruka

Apa penyebab kutil?
  • Kutil disebabkan oleh infeksi virus yang dikenal sebagai Human papiloma Virus (HPV). HPV menyebabkan keratin, protein keras di lapisan atas kulit (epidermis) tumbuh terlalu banyak sehingga menyebabkan kutil menjadi kasar, bertekstur dan keras. 
  • Ada sekitar 60 tipe virus HPV, dimana Virus Papilloma menyebabkan beberapa jenis kutil yang berbeda pada manusia, meliputi kutil kulit, kondiloma genital/ kondiloma akuminata(KA) atau kutil kelamin/ atau genital wart (di masyarakat dikenal sebagai jengger ayam dengan masa inkubasi :1-6 bulan rata-rata 3 bulan, tampak benjolan seperti jengger ayam di sekitar kemaluan dan anus serta kebanyakan tanpa keluhan ), dan papilloma larings

Apa itu virus Human Papiloma (HPV) yang menyebabkan kutil?
  • Human Papilloma Virus atau yang lebih kita kenal dengan istilah HPV adalah virus termasuk ke dalam dalam familia Papovaviridae, dimana papovaviridae ini terdiri atas dua genus yaitu polyomavirus dan papilomavirus. Anggota papillomavirus yang menyerang manusia adalah Human papilomavirus (HPV) yang paling sedikit ada 60 tipe virus, sedangkan anggota  polyomavirus yang menyerang manusia diantaranya adalah virus BK dan virus Jc. Antara  papilomavirus maupun  polyomavirus memilki perbedaan dalam hospes selulernya, dimana  papilomavirus menginfeksi epitel permukaan dan menimbulkan kelainan pada pintu masuknya (port d'entree) sedangkan  polyomavirus masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan dan setelah proses kembang biak lokal virus masuk kedalam darah dan akhirnya menginfeksi organ dalam seperti hati, ginjal dan otak.
  • Toksonomi Human papillomavirus
    • Familia : Papovaviridae
    • Genus : Papillomavirus
    • Spesies : Human Papillomavirus
How to make a gif
Virus HPV
  • Morfologi Virus HPV
    • HPV merupakan kelompok virus DNA,yang memiliki diameter 45-55 nm. Virus ini memiliki bentuk bulat dikenal dengan istilah kapsid ikosahedral tak beremvlop terdiri atas 72 kapsomer, genom sirkuler dari DNA rantai ganda (doble helix)

Apa saja penyakit yang dapat di timbulkan oleh Virus HPV?
  • Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV juga dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir. Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan dubur. Jenis HPV lain dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada laki-laki dan perempuan, dan kanker leher rahim (cervical cancer), atau kanker penis.

Bagaimana proses terjadinya infeksi HPV sehingga terbentuk Kutil?
  • Saat seseorang terpapar HPV maka akan HPV menempel pada reseptor permukaan sel dan melalukan penetrasi HPV melalui membran sel. Uncoating HPV, proses ini meliputi pelepasan kapsid virus sebagian atau seluruhnya setelah terjadi penetrasi sehingga genom virus (DNA atau protein) masuk dan selanjutnya kapsid dihancurkan di dalam inti sel (Doorbar, 2004).
  • Setelah virus masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya menjadi mRNA (Zheng dan Baker, 2006). Proses transkripsi selesai virus melanjutkan dengan proses translasi untuk membentuk protein E dan L (Doorbar, 2004). Tahap selanjutnya adalah menyusun partikel virus, struktur dasar dilengkapi kembali untuk membentuk virus-virus baru yang akan menginfeksi sel-sel lain.
  • Virus papiloma menginduksi kelainan setempat dan ditantai oleh perubahan morfologi dan hiperplasia akibat percepatan ploriferasi sel sel keratin epidermis  tumbuh terlalu banyak sehingga menyebabkan kutil menjadi kasar, bertekstur dan keras. 

Bagaimana proses penyebaran virus HPV yang menyebabkan kutil?
HPV ditularkan melalui kontak langsung dengan human papillomavirus dari kulit ke kulit. Hal ini juga dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung, misalnya, dari benda yang terkontaminasi, seperti handuk dan sepatu. Kutil dianggap menular jika ada penderita yang di tubuhnya ada kutil.

HPV lebih mungkin menyebar jika kulit basah, lembut atau telah melakukan kontak dengan permukaan kasar. Kutil juga dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh Anda sendiri.
Seseorang yang dapat menyebarkan kutil jika :
  • Terbentur sehingga luka pada kutil atau menggigit kutil
  • menggigit kuku atau menghisap jari Anda (jika memiliki kutil )
  • mencukur wajah atau kaki
Hal ini dapat menyebabkan kutil putus dan berdarah, sehingga lebih mudah bagi virus untuk menyebar. Orang dengan goresan atau luka pada telapak kaki mereka sangat rentan.
Kutil juga dapat menyebar melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.
Contoh permukaan yang terkontaminasi mungkin termasuk:
  • daerah sekitar kolam renang
  • kamar mandi atau WC umum dengan penderita

Apa saja bentuk klinis kutil?
Berdasarkan Bentuk Klinisnya, maka kutil di bedakan atas empat bentuk klinis, yaitu :
  • Veruka vulgaris atau Common warts (kutil umum)
    • Kutil jenis ini umumnya di sebabkan oleh virus HPV 2 dan HPV 4, tetapi dapat pula disebabkan oleh HPV tipe 1, 3, 26, 29, dan 57 dan lainnya
    • Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predeleksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor (siku dan lutut), walaupun demikan penyebarannya dapat pada bagian tubuh lain termasuk mukosa mulut dan hidung.
    • Kutil ini bentuknya bulat, berwarna abu-abu, besarnya lentikular (sebesar biji jagung) atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi (munculnya kutil kutil baru) sepanjang goresan (fenomena kobner), Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak.
gif maker
Veruka vulgaris
  • Veruka plana juvenillis (kutil datar)
    • Umumnya di sebabkan oleh HPV tipe 3, 10, dan 28.
    • Kutil ini besarnya miliar (seperti kepala jarum pentul), permukaannya licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan dan jumlah kutil sangat banyak, terutama pada anak dan dewasa muda.
    • Penyebarannya terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis (punggung kaki dan tangan), pergelangan tangan serta lutut.
    • Juga terdapat fenomena kobner (muncul kutil baru) dan termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
How to make a gif
veruka plana
  • Veruka plantaris (kutil plantar)
    • Kutil jenis ini pada umumnya di sebabkan oleh HPV tipe 1 (paling umum), juga jenis 2, 3, 4, 27, 28, dan 58 dan lainnya.
    • Kutil ini terdapat di telapak kaki, terutama daerah yang mengalami tekanan. 
    • Bentuknya berupa cincin yang keras dengan di tengah agak lunak dan berwarna kekuning- kuningan, permukaannya licin karena gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan, yang disebabkan penekanan oleh massa yang terdapat di daerah tengah cincin. Kalau beberapa veruka bersatu dapat timbul gambaran seperti mozaik.
gif maker
Veruka plantaris
  • Condyloma Accuminata (Genital Warts)
    • Penyakit ini termasuk penyakit yang di tularkan melalui hubungan seksual, Type Virus HPV yang menjadi penyebabnya HPV tipe 6 dan 11 (paling umum, tetapi dapat juga di sebabkan oleh Type 6,11,16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56.
    • Bentuknya kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot (papilomatosa).  Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.
    • Kutil ini biasanya ditemukan pada alat kelamin, di daerah kemaluan, dan di daerah antara paha, tetapi juga dapat muncul di dalam vagina dan lubang anus
gif maker
condyloma acumminata

Apa saja penyakit yang Mirip dengan kutil?
  • Kalus (kapalan) dan klavus (mata ikan)
    • Kalus adalah kelainan kulit yang timbul berupa hiperkeratosis yang merata, berbatas tegas dan tidak terdapat penetrasi di bagian tengahnya, ini disebabkan oleh tekanan terhadap kulit yang terjadi secara berulang dalam waktu yang lama
    • Klavus atau mata ikan, adalah kelainan  kulit yang timbul berupa hiperkeratosis yang tidak merata, tampaknya seolah- olah seperti kerucut terbalik dengan alas diatas permukaan kulit dan puncak di dermis. Kelainan ini juga timbul sebagai akibat dari tekanan yang sering pada kulit.
  • Tahi lalat (moles)
    • Tahi lalat, juga dikenal sebagai melanositik nevi, adalah lesi kulit kecil yang biasanya cokelat. Ini adalah kelompok sel yang disebut melanosit yang menghasilkan pigmen (warna) di kulit. Tahi lalat biasanya berwarna kecoklatan, meskipun beberapa mungkin lebih gelap,bisa datar atau menonjol, halus atau kasar dan beberapa memiliki bulu yang tumbuh. Tahi lalat biasanya melingkar atau oval dengan tepi halus. Tahi lalat bisa berubah dalam jumlah dan penampilan.
  • Skin tag
    • Nampak kulit berwarna, pertumbuhan jinak (non kanker) dari kulit yang biasanya berkembang pada ketiak, leher dan dada (tubuh bagian atas). Skin Tag biasanya tidak sakit.
  • Molluscum contagiosum
    • Adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus pox yang termasuk penyakit akibat hubungan seksual, kelainannya berupa papul miliar (benjolan kecil), kadang-kadang lentikular (besarnya seukuran biji jagung) dan berwarna putih seperti lilin yang pada permukaannya terdapat lekukan.
  • Solar keratosis
    • Bentuknya bersisik, bintik-bintik kasar yang muncul pada kulit yang telah rusak oleh sinar matahari.

Bagaimana cara Mengobati kutil?
Pengobatan Kutil dapat dilakukan dengan menggunakan pengobatan topical, maupun dengan bedah ringan.
Pengobatan topical :
  • Dengan mengunakan asam salisilat 40%. Asam salisilat berfungsi mengikis lapisan epidermis sehingga lapisan kulit menjadi tipis, sampai akar kutil sehingga hilang.
  • Dengan Asam trikloroasetat 50% dan fenol likuifaktum
Cryotherapy
  • Pada cryotherapy, nitrogen cair disemprotkan ke kutil untuk membekukan dan menghancurkan sel. Pengobatan cryotherapy biasanya memakan waktu 5-15 menit dan bisa menyakitkan. Kutil besar kadang-kadang perlu dibekukan beberapa kali, seminggu atau lebih.
  • Metode yang tepat dari cryotherapy yang digunakan mungkin berbeda antara profesional kesehatan. Nitrogen cair dapat disemprotkan langsung ke kutil atau dapat diterapkan dengan menggunakan tongkat dengan kapas pada ujung. 
  • Metode ini mungkin lebih disukai untuk pengobatan sekitar mata atau untuk anak-anak. Cryotherapy mungkin dianjurkan jika Anda memiliki kutil di wajah Anda. Hal ini karena risiko iritasi untuk metode ini lebih rendah daripada menggunakan asam salisilat.
Operasi
  • Dalam kebanyakan kasus, operasi tidak dianjurkan untuk mengobati kutil karena walaupunt elah di operasi kutil dapat kambuh lagi. 
  • Tujuan dari perawatan bedah adalah untuk menghapus semua jejak dari kutil. Teknik-teknik yang kadang-kadang digunakan untuk menghilangkan kutil pembedahan adalah dengan kuretase, dimana jaringan akan dihapus oleh gesekan atau dengan kauter, di mana jaringan dihancurkan dengan membakar menggunakan instrumen atau arus listrik
Pada condyloma acuminata, pengobatannya dengan 
  • podofilin 25%
  • Asam trikloroasetat
  • Bedah scapel
  • Laser karbondioksida

DAFTAR PUSTAKA
  • Buku ilmu penyakit kulit dalam kelamin fakultas kedokteran universitas indonesia : "Veruka",edisi ke 5,hal 112.2008
  • Muñoz N, Bosch FX, Castellsagué X, Díaz M, de Sanjose S, Hammouda D, Shah KV, Meijer CJ (2004-08-20). "Against which human papillomavirus types shall we vaccinate and screen? The international perspective". Int J Cancer 111 (2): 278–85
  • Wenner, R; Askari, SK, Cham, PM, Kedrowski, DA, Liu, A, Warshaw, EM (2007 Mar). "Duct tape for the treatment of common warts in adults: a double-blind randomized controlled trial". Archives of dermatology 143 (3): 309–13.
  • Sterling, J. C.; Handfield-Jones, S.; Hudson, P. M.; British Association of Dermatologists (2001). "Guidelines for the management of cutaneous warts". British Journal of Dermatology 144 (1): 4–11
  • Sumber link :
    • http://www.medicinenet.com/warts
    • http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/tc/warts-and-plantar-warts-topic-overview
    • http://www.nhs.uk/Conditions/Warts/Pages/Introduction.aspx

Jumat, 29 Maret 2013

Tips-tips sebelum dan sesudah cabut gigi

Sebagian orang menganggap peristiwa cabut gigi sebagai saat-saat menakutkan karena membayangkan rasa nyeri. Agar cabut gigi tidak menakutkan lakukan hal-hal berikut usai anda cabut gigi.
Cabut gigi harus di lakukan seksama oleh dokter gigi atau dokter bedah mulut karena operasi kecil ini beresiko tinggi mengalami komplikasi. Maka itu dokter biasa nya tidak mau mencabut gigi jika seseorang dalam keadaan infeksi.  Terlebih dahulu Dokter akan memberikan anti biotik untuk membantu menyembuhkan infeksi, baru kemudian pada saat kunjungan berikut setelah infeksi membaik pencabutan bisa di laksanakan
Sebelum mencabut gigi, dokter akan memberikan anastesi (Bius) Lokal di daerah gigi yang akan di cabut guna mematikan rasa. Anastesi ini akan mencegah nyeri di seluruh tubuh, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu agar tidak bereaksi dengan obat anastesi.
Setelah gigi di cabut pasien biasa nya akan mengalami perdarahan dan pembengkakan sekitar 24-48 jam pertama setelah pencabutan gigi. Namun, kondisi ini bisa di atasi dengan cara-cara yang sederhana.
Jikabengkak dan nyeri tidak berkurang atau memburuk setelah lebih dua hari sebaik nya konsultasikan dengan dokter.
Cara mudah mengatasi bengkak setelah cabut gigi seperti di kutip dari Livestrong, senin (7/2/2011) yaitu :
  • Tempatkan kasa lembab di atas luka untuk mengendalikan perdarahan setelah gigi di cabut, ganti kasa setiap 30 menit sekali atau sesuai jadwal yang di rekomendasikan dokter.
  • Letakkan kantong es di sisi luar wajah dari tempat gigi yang di cabut. Biarkan kantong es kantong es selama 10-20 menit. Ulangi terus selama 12-24 jam pertama setelah gigi di cabut.
  • Letakkan kepala dengan posisi lebih tinggi dari badan selama 12-24 jam pertama setelah cabut gigi, jika memungkinkan hal ini juga di lakukan saat tidurLetakkan kompres hangat pada daerah yang bengkak 36 jam setelah gigi di cabut.
Selain itu ada beberapa hal yang harus di lakukan setelah cabut gigi agar tidak memperparah kondisi, yaitu :
  1. Jangan ganggu atau memegang luka yang ada
  2. Jauhkan jari dan ludah dari tempat gigi di cabut.
  3. Hindari merokok selama 72 jam setelah cabut gigi
  4. Jangan membuang ingus dengan keras kerana bisa menghambat proses pembekuan dan penyembuhan menjadi lebih lambat sehingga lebih bengkak.
  5. Mengkonsumsi makanan dan cairan lunak setelah cabut gigi, misal nya makan puding, yogurt, kentang tumbuk, bubur dan sup.
  6. Hindari Konsumsi alkohol selama minimal 48 jam setelah gigi di cabut

Cara Penanganan Dan Pencabutan Gigi Geligi

Pencabutan gigi — Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh, atau akar gigi, dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik pascaoperasi di masa mendatang.

Dokter gigi harus berusaha untuk melakukan setiap pencabutan gigi secara ideal, dan untuk memperolehnya ia harus mampu menyesuaikan teknik pencabutan giginya agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama pencabutan dan kemungkinan komplikasi dari tiap pencabutan gigi yang dapat terjadi.

lndikasi untuk pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi, sebuah gigi mungkin harus dicabut karena penyakit periodontal, karies, infeksi periapeks, erosi, abrasi, atrisi, hipoplasia, atau kelainan pulpa (seperti pupitis, ‘pink spot’ atau hiperplasia pulpa).

Trauma pada gigi atau rahang dapat menyebabkan berubahnya posisi sebuah gigi dari tempatnya. Lebih sering terjadi, akar gigi atau mahkota gigi tersebut fraktur atau hanya sebagian dari gigi tersebut yang berubah posisi dari tempatnya semula. Semua keadaan ini mengharuskan gigi yang rusak dicabut. Trauma yang lebih berat dapat menyebabkan fraktur tulang rahang, dan pada kasus seperti ini terkadang perlu mencabut gigi yang terletak pada garis fraktur. Kadang sebuah gigi yang sehat harus dicabut sebagai bagian dari rencana perawatan ortodonsi atau prostetik, atau sebelum memulai radiasi terapetik.

Pada dasarnya hanya ada dua cara pencabutan gigi. Cara pertama yang sering dilakukan pada kebanyakan kasus, biasanya disebut ‘pencabutan dengan tang’ yang terdiri atas pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau elevator (bein), atau keduanya. Bilah dari instrumen ini dipaksakan masuk ke dalam membran periodontal antara gigi dan akar gigi serta dinding soket tulang, dan kedua instrumen tang dan bein harus digunakan. Metode ini digambarkan sebagai pencabutan intra-alveolar dan dijelaskan dengan rinci pada bab II.

Metode pencabutan gigi yang lain adalah dengan pembelahan gigi atau akar gigi dari perlekatan tulangnya. Pemisahan ini dilakukan dengan membuang sehagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian pencabutan dilakukan dengan menggunakan bein dan atau tang. Teknik ini sering disebut `metode bedah`, tapi karena semua pencabutan gigi yang dilakukan adalah prosedur bedah, istilah yang lebih akurat dan lebih baik adalah pencabutan trans-alveolar (lihat bab III).

Prinsip mekanis dari pencabutan gigi — Tiga prinsip mekanis dalam pencabutan gigi adalah:
1. Perluasan soket tulang agar gigi yang terdapat di dalamnya bisa dicabut. Ini diperoleh dengan menggunakan gigi sebagai instrumen dilatasi, dan merupakan faktor terpenting dalam ‘pencabutan dengan tang’. Supaya berhasil, gigi yang ada harus dapat dijepit dengan kuat oleh ujung tang. Bentuk akar gigi harus cukup dapat membesarkan soket tulang, sehingga dapat dilakukan pencabutan gigi dari soketnya.

Soket tulang dapat diperbesar bila tulang mempunyai komposisi yang cukup elastis untuk dapat dilakukan perluasan. Elastisitas dari tulang adalah maksimal pada tulang muda, dan menurun dengan bertambahnya usia. Pada kebanyakan kasus, dilatasi dari soket tulang dapat disertai dengan fraktur kecil multipel dari tulang bagian bukal dan septum interradikuler. Fragmen tulang ini biasanya mempertahankan perlekatan periostealnya, dan harus dikembalikan ke tempatnya dengan penekanan jari setelah pencabutan gigi selesai dikerjakan. Semua fragmen tulang yang goyang lebih dari setengah perlekatan periosteal harus diangkat dari daerah bekas pencabutan karena adanya fragmen tulang tersebut dapat menyebabkan aliran darah tidak sempurna dan pecahan tulang tersebut menjadi mati. Adanya fragmen tulang yang nonvital merupakan penyebab perdarahan setelah dilakukan pencabutan, keterlambatan penyembuhan, serta infeksi pada daerah bekas pencabutan sampai dilakukan pengangkatan fragmen tulang tersebut. Karenanya makna dan pentingnya debri demen setelah pencabutan gigi adalah tidak berlebihan.

Jika bentuk akar gigi atau komposisi tulang tidak memungkinkan dilakukannya perluasan soket tulang, berarti harus dilakukan cara pencabutan trans-alveolar dengan atau tanpa pemisahan akar untuk gigi berakar banyak.

2. Penggunaan ungkitan dan filkrum untuk memaksa gigi atau akar gigi keluar dari soket dengan arah tahanan yang terkecil. Ini adalah faktor dasar penggunaan bein untuk pencabutan gigi dan akar gigi, dan penggunaan instrumen ini akan dijelaskan dengan rinci pada halaman 39¬43.

3. Dimasukkannya satu atau lebih pengganjal di antara gigi-akar gigi dan soket tulang, sehingga dapat menyebabkan gigi terungkit ke luar dari soketnya (Gambar 2). Pada kebanyakan kasus, faktor ini dapat diabaikan bila tulang alveolar tempat gigi tertanam elastis. Meskipun demikian, hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa akar konus dari gigi premolar bawah dan molar terkadang ‘melompat’ dari soket tulang begitu ujung tang menjepitnya.

Persiapan praoperasi — Persiapan praoperasi yang baik untuk berjaga-jaga terhadap kesulitan atau komplikasi yang mungkin timbul adalah dasar teknik pencabutan gigi yang berhasil Waktu yang terbuang untuk melakukan persiapan praoperasi tidak pernah sia-sia!

Riwayat penyakit umum, ketegangan, ketahanan tubuh terhadap anastesi inhalasi, atau adanya masalah dalam pencabutan gig: terdahulu, akan mempengaruhi pilihan anastesi (lihat halaman 12), dan metode yang dipilih untuk pencabutan gigi. Selama anamnesis, dapat dilakukan penilaian terhadap kondisi umum pasien, serta memperhatikan ukuran mulut dan rahang pasien. Selanjutnya diperhatikan pula kebersihan umum mulut pasien dan efisiensi dart kebersihan mulut. Bila diperlukan, dan memungkinkan, harus dilakukan pembersihan karang gigi sebelum pencabutan khususnya pada pasien yang mengabaikan keadaan mulutnya, paling tidak seminggu sebelum pencabutan gigi dilakukan. Kalkulus, timbunan sisa makanan, dan peradangan kronis biasanya terjadi bersamaan, dan proses penyembuhan dapat terhambat, kecuali mulut telah dibersihkan dengan cermat sebelum dilakukan pencabutan gig). Juga ada kemungkinan pasien menelan pecahan kalkulus atau materi terinfeksi lain selama pencabutan, khususnya bila tindakan pencabutan dilakukan di bawah anastesi umum pada kursi dokter gigi. Ketidaksengajaan tersebut dapat menyebabkan infeksi paru-paru.

Pemeriksaan klinis secara cermat dari gigi yang akan dicabut beserta struktur penyangganya selalu memberikan informasi yang berharga. Gigi mungkin mempunyai tambalan atau karies yang besar, miring atau rotasi, kencang atau goyang, dengan struktur penunjang yang terkena penyakit atau hipertrofi. Akses untuk mengeluarkan gigi dan besarnya serta tempat sisa gigi yang masih sehat harus benar-benar diperhatikan. Gigi dengan mahkota klinis yang pendek dan lebar seringkali memiliki akar yang panjang, sedangkan gigi dengan mahkota bertanda atrisi biasanya memiliki ruang pulpa yang sudah mengalami kalsifikasi dan rapuh. Gigi seperti ini sering terietak di dalam tulang yang padat, dan permukaan lempeng luar tulang berbentuk cembung. Gigi tanpa pulpa biasanya memiliki akar gigi yang telah teresorpsi dan sering amat rapuh.

Pada beberapa keadaan pemeriksaan praoperasi yang lengkap hanya dapat dilakukan bila pemeriksaan klinis ditunjang pula oleh pemeriksaan radiografi sebelum pencabutan gigi. Bukanlah suatu kebiasaan untuk selalu melakukan pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi dilakukan, tetapi pemeriksaan radiografi harus dilakukan bila ada salah satu indikasi dibawah ini.

Indikasi umuk pemeriksaan radiografi sebelum pencabutan gigi:
1. Adanya riwayat kesulitan dalam pencabutan gigi sebelumnya.
2. Adanya gigi yang Secara abnormal menghambat pencabutan gigi dengan tang.
3. Bila setelah pemeriksaan klinis diputuskan untuk mencabut gigi dengan pembelahan.
4. Adanya gigi atau akar gigi yang berdekatan dengan antrum (sinus) maksilaris, saraf alveolaris inferior, dan saraf mentalis
5. Semua gigi molar ketiga bawah, termasuk premolar, atau gigi kaninus yang berubah posisinya. Bentuk akar gigi-gigi tersebut biasanya abnormal.
6. Gigi dengan restorasi besar atau tidak berpulpa lagi. Gigi ini secara normal sangat rapuh,
7. Gigi yang terkena penyakit periodontal disertai sklerosis tulang pendukungnya. Gigi seperti ini terkadang mengalami hipersementasi dan rapuh.
8. Gigi dengan riwayat trauma. Fraktur dari akar gigi dan/atau tuang alveolar dapat terjadi.
9. Gigi molar alas yang terisolasi, khususnya bila gigi tersebut tidak mempunyai antagonis dan supra-erupsi. Tulang pendukung dari gigi tersebut sering diperlemah dengan adanya sinus maksilaris yang besar. Ini dapat menyebabkan terbentuknya hubungan oro-antral atau fraktur tuber maksilaris.
10. Gigi dengan erupsi sebagian atau gigi tidak erupsi atau akar gigi yang tersisa.
11. Gigi dengan mahkota gigi abnormal atau erusi terlambat, mungkin menunjukkan adanya dilaserasi, geminasi, atau odontoma yang besar.
12. Setiap keadaan yang mamicu abnormalitas gigi atau tulang alveolar seperti:
a. Osteitis deformans, yaitu akar gigi hipersementosis dan terdapat kecenderungan osteomielitis kronis.

b. Disostosis kleido-kranial, karena pada keadaan ini terjadi pseudoanodonsia dan akar gigi yang bengkok.

c. Pasien yang menerima terapi radiasi pada rahang biasanya memiliki kecenderungan osteoradionekrosis.

d. Osteopetrosis. yang menyebabkan pencabutan gigi menjadi sulit dancenderung menimbulkan osteomielitis kronis.
Persyaratan dari radiografi prapencabutan — Gambaran radiografi sebelum pencabutan gigi harus menunjukkan struktur akar gigi dan tulang alveolar yang mengelilingi gigi secara keseluruhan. Pada banyak kasus, foto periapikal intraoral sudah cukup, tapi kadang-kadang foto oblik lateral ekstraoral dari mandibula diperlukan untuk melihat keseluruhan akar gigi, atau kondisi, struktur dan jumlah tulang pendukung.

Foto yang baik sekalipun akan menjadi sia-sia bila tidak diinterpretasikan dengan cermat.
Penggunaan kaca pembesar dan viewer box amat membantu interpretasi dan memungkinkan faktor-faktor penyebab kesulitan pencabutan dibawah ini dapat dideteksi:
1. Kelainan jumlah akar gigi.
2. Kelainan bentuk akar gigi.
3. Pola akar yang tidak menguntungkan.
4. Karies yang meluas ke akar gigi atau ke massa akar.
5. Fraktur atau resorpsi akar gigi.
6. Hipersementosis akar gigi.
7. Ankilosis.
8. Geminasi.
9. Gigi impaksi.
10. Sklerosis tulang dan lesi patologis.

Meskipun amat mudah mendiagnosis daerah tempat sklerosis tulang secara radiografis, gambaran akurat dari sklerosis tulang menyeluruh hanya mungkin terlihat bila digunakan teknik pemotretan dan cara proses foto yang telah baku. Petunjuk yang meskipun kurang akurat, tapi dapat dipakai, adalah berdasarkan pada ukuran ruangan tulang spongiosa yang terlihat pada gambaran radiografi. Ruangan yang besar biasanya ditemukan pada tulang yang elastis, dimana ruangan kecil yang dikelilingi oleh trabekula yang tebal dan radiopak menunjukkan sklerosis tulang.

Interpretasi radiografi secara cermat juga dapat menunjukkan kemungkinan komplikasi di bawah ini.
1. Keterlibatan, dan kerusakan pada saraf alveolaris inferior dan saraf mentalis.
2. Terjadinya hubungan oro-antral atau oro-nasal.
3. Tetap adanya lesi patologis dalam tutang.
4. Masuknya gigi atau akar gigi ke dalam sinus maksilaris.
5. Fraktur tuber maksilaris.

Sekali kesulitan dan kemungkinan komplikasi terdiagnosis, metode pencabutan gigi yang akan digunakan dapat diputuskan, dan jenis anastesi yang akan dipakai sudah bisa mulai dipikirkan.
Istilah ‘analgesia’ dan ‘anastesi’ sering digunakan secara tidak tepat, seolah kedua kata tersebut merupakan sinonim. Analgesia adalah hilangnya rasa sakit tanpa kehilangan sensasi indera lainnya (seperti terhadap temperatur dan tekanan). Anastesi adalah kehilangan semua bentuk kesadaran, dan sering disertai dengan hilangnya fungsi motorik.

Anastesi atau analgesia yang dapat mempengaruhi hanya sebagian tubuh dikenal sebagai anastesi atau analgesia lokal. Jika seluruh tubuh terpengaruh, istilah anastesi atau analgesia umum dapat digunakan. Istilah anastesi lebih disukai daripada analgesia di dalam pencabutan gigi.

KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN TEORI BELAJAR ANDRAGOGI



A.     Pendahuan
Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Di tahun 70 an dikenal sebuah proyek yang disebut dengan PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Pada waktu itu, siswa dibebaskan menentukan seberapa cepat dia bisa menyelesaikan masa studinya. Siswa diberi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tentang teori-teori materi yang dipelajari, dan kalau siswa beranggapan sudah menguasai, maka diberi lembar latihan dari LKS tadi dan kalau sudah merasa siap, maka siswa bisa mengambil sendiri Lembar Test Formatif. Fungsi Guru pada waktu itu adalah menjelaskan apabila bertanya dan menilai hasil test formatif tersebut. Di PPSP ini, murid kelas 1 SMP (waktu itu disebut kelas 6), itu bisa saja menempuh pelajaran kelas 2 SMP (kelas 7) maupun menempuh kelas 8 (3 SMP), sehingga pada waktu itu, cukup banyak yang mampu menempuh level SMP hanya dalam waktu 2 tahun. PPSP mencanangkan program SD hanya 5 tahun, SMP bisa ditempuh 2 tahun dan SMA juga bisa ditempuh 2 tahun juga, tergantung kepada kemampuan dari siswa.
Kegiatan belajar yang melibatkan individu atau client dalam proses menentukan apa yang mereka inginkan, apa yang akan dilakukan, adalah beberapa prinsip dari teori belajar Andragogi. Teori belajar Andragogi sering juga disebut dengan teori belajar orang dewasa.  Makalah ini akan membahas tentang Teori Belajar Andragogi tersebut dan membahas kelemahan serta keunggulannya.

B.     Teori Belajar Andragogi
1.     Pengertian Teori Belajar Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).

2.     Perkembangan Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Sebelum muncul Andragogi, yang digunakan dalam kegiatan belajat adalah Pedagogy. Konsep ini menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di setup oleh sistem pendidikan, di setup oleh gurunya/pengajarnya. Apa yang dipelajari, materi yang akan diterima, metode panyampaiannya, dan lain-lain, semua tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.
Kelemahannya Pedagogi adalah manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki keunikan, yang memiliki talenta, memiliki minat, memiliki kelebihan, menjadi tidak berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplorasi dirinya sendiri, tidak mampu menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu akan dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan. Pedagogy memiliki kelebihan, yakni di dalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang. Generasi mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh generasi mendatang.
Dalam Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata lain, liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara moral, sekolah berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
  
3.     Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
a.    Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
b.    Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
c.     Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
d.    Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
4.     Andragogi dan Psikologi Perkembangan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa dalam diri orang dewasa sebagai siswa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya sendiri. Namun, tidak hanya orang dewasa tetapi juga pemuda atau remaja juga memiliki kebutuhan semacam itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai perkembangan psikologi dari kurang lebih 12 tahun ke atas individu sudah dapat berfikir dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logik, berfikir secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya. Dalam periode ini individu mulai mengembangkan pengertian akan diri (self) atau identitas (identitiy) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia luar di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence) tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga kemungkinan keadaan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai remaja mulai mempertanyakan dan membanding-bandingkan. Nilai-nilai yang diharapkan selalu dibandingkan dengan nilai yang aktual. Secara singkat dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses semacam itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang dewasa) memiliki kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari bahwa terdapat keadaan yang bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengaham masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan "pengertian diri" (sense of identity).
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakikatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka.
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.

5.      Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Belajar
Proses belajar manusia berlangsung hingga ahkir hayat (long life education). Namun, ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan. Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
a.      Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
b.      Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan.
c.      Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
d.      Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga.
e.      Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.
f.       Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d.

6.      Langkah-Langkah Pokok dalam Andragogi
Langkah-langkah pokok untuk mempraktikkan Andragogi adalah sebagai berikut:
a.      Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif: Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:
1)     Pengaturan Lingkungan Fisik: Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
a)     Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa;
b)     Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa;
c)     Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi social.
2)     Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologi: Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung.
a)     Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung;
b)     Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai melalui kegiatan Bina Suasana dan berbagai permainan yang sesuai;
c)     Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut;
d)     Mengembangkan semangat kebersamaan;
e)     Menghindari adanya pengarahan dari "pejabat-pejabat" pemerintah;
f)       Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama.
3)     Diagnosis Kebutuhan Belajar: Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga belajar atau peserta pelatihan di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:
a)     Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu;
b)     Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan;
c)     Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan;
d)     Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu.

4)     Proses Perencanaan: Dalam perencanaan pelatihan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pelatihan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan:
a)     Libatkan peserta untuk menyusun rencana pelatihan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain;
b)     Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pelatihan tersebut;
c)     Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi pelatihan;
d)     Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.
5)     Memformulasikan Tujuan: Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas.
6)     Mengembangkan Model Umum: Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pelatihan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
7)     Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran: Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)     Materi pelatihan atau pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta pelatihan;
b)     Materi pelatihan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis;
c)     Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta;
d)     Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif.
8)     Peranan Evaluasi Pendekatan: evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
a)     Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan;
b)     Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation);
c)     Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan;
d)     Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat;
e)     Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program;
f)       Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.

C.     Perbandingan Asumsi dan Model Pedagogi dan Andragogi
Dari uraian tersebut di atas telah diperoleh dan disimpulkan beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta pelatihan lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
·         Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku;
·         Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran;
·         Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku ;
·         Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan;
·         Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif, dalam proses belajar yang melibatkan elemen-elemen:
·         Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri;
·         Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif;
·         Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar
·         Merencanakan pola pengalaman belajar
·         Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai
·         Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah model proses.
Lebih detail tentang perbedaan pedagogik dan andargogi sebagai berikut:

No
Asumsi
Pedagogik
Andragogi
1
Kosep tentang diri peserta didik
Peserta didik digambarkan sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Masyarakat mengharapkan para guru bertanggung jawab sepenuhnya untuk menentukan apa yang harus dipelajari, kapan, bagaimana cara mempelajarinya, dan apa hasil yang diharapkan setelah selesai
Adalah suatu hal yang wajar apabila dalam suatu proses pendewasaan, seseorang akan berubah dari bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri, namun setiap individu memiliki irama yang berbeda-beda dan juga dalam dimensi kehidupan yang berbeda-beda pula. Dan para guru bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara kelangsungan perubahan tersebut. Pada umumnya orang dewasa secara psikologis lebih memerlukan penga- rahan diri, walaupun dalam keadaan tertentu mereka bersifat tergantung.
2
Fungsi Pengalaman peserta didik
Di sini pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik tidak besar nilainya, mungkin hanya berguna untuk titik awal. Sedangkan penglaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari gurunya, para penulis, produsen alat-alat peraga atau alat-alat audio visual dan pengalaman para ahli lainnya. Oleh karenanya, teknik utama dalam pendidikan adalah teknik penyampaian yang berupa: ceramah, tugas baca, dan penyajian melalui alat pandang dengar.
Di sini ada anggapan bahwa dalam perkembangannya seseorang membuat semacam alat penampungan (reservoair) pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan.
3
Kesiapan belajar
Seseorang harus siap mempelajari apapun yang dikatakan oleh masyarakat, dan hal ini menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi mereka karena adanya perasaan takut gagal, anak-anak yang sebaya diaggap siap untuk mempelajari hal yang sama pula, oleh karena itu kegiatan belajar harus diorganisasikan dalam suatu kurikulum yang baku, dan langkah-langkah penyajian harus sama bagi semua orang.
Seseorang akan siap mempelajari sesuatu apabila ia merasakan perlunya melakukan hal tersebut, karena dengan mempelajari sesuatu itu ia dapat memecahkan masalahnya atau dapat menyelesaikan tugasnya sehari-hari dengan baik. Fungsi pendidik di sini adalah menciptakan kondisi, menyiapkan alat serta prosedur untuk membantu mereka menemukan apa yang perlu mereka ketahui. Dengan demikian program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan-urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik.
4
Orientasi belajar
Peserta didik menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan, dan mereka memahami bahwa ilmu-ilmu tersebut baru akan bermanfaat di kemudian hari. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sesuai dengan unit-unit mata pelajaran dan mengikuti urutan-urutan logis ilmu tersebut , misalnya dari kuno ke modern atau dari yang mudah ke sulit. Dengan demikian, orientasi belajar ke arah mata pelajaran. Artinya jadwal disusun berdasarkan keterselesaian nya mata-mata pelajaran yang telah ditetapkan.
Peserta didik menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses peningkatan pengembangan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang maksimal dalam hidupnya. Mereka ingin mampu menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya hari ini untuk mencapai kehidupan yang lebih baik atau lebih efektif untuk hari esok. Berdasarkan hal tersebut di atas, belajar harus disusun ke arah pengelompokan pengembangan kemampuan. Dengan demikian orientasi belajar terpusat kepada kegiatannya. Dengan kata lain, cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa atau penampilan yang bagaimana yang diharap kan ada pada peserta didik.
                        Sumber: Tamat (1985: hal. 20-22)

D.         Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Andragogi
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogy memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.

E.     Kesimpulan
Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.


F.     Daftar Bacaan
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.

Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult education, andragogy versus ". New York : Association Press.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.